Beberapa petani yang ditemui di Kabupaten Labuhanbatu dan Asahan menyebut, harga ideal agar mereka tetap untung adalah di atas Rp4.000/kg. Dengan harga di bawah Rp3.600, mereka terpaksa jual rugi atau bahkan membiarkan buah membusuk di pohon.
> “Biaya panen, pupuk, solar—semuanya naik. Tapi harga TBS malah nyungsep. Lama-lama kami habis,” kata Pak Rahmad, petani sawit di Rantau Prapat.
Seruan untuk Intervensi Pemerintah
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Sumut mendesak pemerintah untuk:
Menstabilkan harga TBS melalui regulasi dan insentif ekspor,
Menetapkan harga dasar TBS rakyat yang layak,
Mendorong pembangunan pabrik mini sawit di desa agar petani punya alternatif.
Jalan Keluar Jangka Panjang
Pakar pertanian dari USU, Dr. Erwan Siregar, menyarankan strategi diversifikasi dan hilirisasi. “Petani jangan hanya andalkan TBS mentah. Mereka perlu masuk ke pengolahan minyak goreng, sabun, atau bioenergi,” ujarnya.
Kesimpulan: Krisis Senyap di Perkebunan
Kondisi ini menjadi alarm bahwa sektor sawit rakyat di Sumut tengah memasuki krisis senyap. Pemerintah diminta tidak sekadar mengatur harga, tapi membangun sistem yang adil dan tangguh bagi petani kecil—pilar utama industri sawit nasional.