Medan, Sumut — Di tengah rutinitas birokrasi yang sering terjebak pada seremoni dan lobi-lobi yang tak produktif, Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Waas, mengambil langkah berbeda. Ia mengajak kelompok tani di Medan untuk menggalakkan pertanian perkotaan atau urban farming sebagai bentuk nyata perubahan paradigma pembangunan kota.
Dalam pertemuan dengan para petani yang tergabung dalam Tani Merdeka Indonesia, Wali Kota menegaskan bahwa sudah saatnya pemerintah meninggalkan kebiasaan kegiatan formalitas yang hanya menghasilkan dokumentasi dan laporan, tanpa dampak riil di masyarakat. “Kita tidak lagi bisa membiarkan aktivitas pemerintahan hanya berhenti di meja rapat dan seremoni. Masyarakat butuh perubahan, bukan basa-basi,” ujarnya.
Ia mendorong pemanfaatan lahan-lahan tidur, pekarangan rumah, hingga atap gedung perkantoran untuk budidaya tanaman pangan. Gagasan ini bukan sekadar kampanye hijau, melainkan strategi nyata untuk mendekatkan masyarakat kota pada kemandirian pangan dan menjawab tantangan keterbatasan lahan.
Langkah ini menjadi bentuk perlawanan halus terhadap budaya lobi-lobi proyek dan manipulasi program yang kerap dilakukan segelintir elite. Di hadapan kelompok tani, Wali Kota menyampaikan harapannya agar pertanian urban tidak dikooptasi menjadi ajang proyek semata, tetapi menjadi gerakan kolektif yang berkelanjutan dan berdampak.
Ketua Tani Merdeka Indonesia, Agus Suriyono, merespons positif ajakan tersebut. Ia menyebutkan bahwa sejak dilantik pada 2024, organisasinya memang telah berkomitmen mendukung aktivitas pertanian rakyat. “Kami siap menjadi bagian dari perubahan. Kami ingin pertanian di Medan bukan hanya urusan dinas, tapi urusan hidup bersama,” kata Agus.
Program ini juga selaras dengan visi Presiden Prabowo untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Namun di Medan, inisiatif ini menunjukkan bahwa keberanian seorang pemimpin daerah untuk keluar dari arus kebiasaan lama dapat membuka jalan baru yang lebih jujur, konkret, dan bermakna bagi masyarakat.
Urban farming bukan hanya tentang menanam sayur, tapi menanam harapan—bahwa pemerintahan bisa berubah jika berani berpihak pada rakyat, bukan pada kepentingan pribadi atau kelompok.