Jakarta, 25 Mei 2025 — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 tercatat sebesar 4,87% (year-on-year), menjadi yang terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir. Perlambatan ini disebabkan oleh melemahnya konsumsi rumah tangga dan penurunan investasi, meskipun sektor pertanian tetap mencatatkan kinerja positif.
Menanggapi kondisi ini, pemerintah akan meluncurkan paket stimulus ekonomi pada 5 Juni 2025 untuk mendorong pertumbuhan konsumsi dan menjaga momentum ekonomi. Stimulus ini mencakup diskon listrik 50% untuk 79,3 juta rumah tangga, bantuan pangan bagi 18,3 juta keluarga berpenghasilan rendah, transfer tunai untuk pekerja berpenghasilan rendah, serta diskon transportasi umum selama liburan sekolah.
Sementara itu, Bank Indonesia pada 21 Mei lalu memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%. Langkah ini diambil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menstabilkan nilai tukar rupiah yang tertekan akibat kondisi eksternal.
Dalam perkembangan lain, kunjungan Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, ke Jakarta menghasilkan kesepakatan kerja sama di berbagai bidang, termasuk keuangan, energi baru, ekonomi digital, kecerdasan buatan, dan maritim. Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa kolaborasi ini akan memperkuat ketahanan ekonomi nasional dan membuka peluang investasi baru.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% hingga 5,8% pada tahun 2026. Fokus pemerintah akan diarahkan pada peningkatan produksi pangan, keamanan energi, pengembangan sumber daya manusia, dan perbaikan iklim investasi.
Situasi ekonomi yang menantang ini menjadi sorotan penting bagi pemerintah untuk terus menjaga keseimbangan antara stimulus fiskal dan stabilitas ekonomi nasional. Masyarakat pun diharapkan dapat merespons positif langkah-langkah pemerintah dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan domestik.