Jakarta/New York — Dalam forum global BloombergNEF Summit 2025, pengusaha nasional Anindya Bakrie menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat potensial untuk investasi, terutama di sektor energi terbarukan dan transformasi digital. Namun di balik nada optimisme itu, tersirat pesan penting: potensi besar saja tidak cukup — Indonesia harus mampu memperbaiki tata kelola dan kepastian hukum agar benar-benar menjadi tujuan investasi jangka panjang yang kredibel.
“Kami punya sumber daya besar, tenaga kerja muda, dan posisi strategis di Asia. Tapi hari ini, investor tidak hanya mencari pasar besar — mereka mencari trust, kepastian, dan transparansi,” ujar Anindya dalam sesi wawancara di sela-sela konferensi yang digelar di New York.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah sorotan publik terhadap komposisi pemerintahan baru Indonesia, yang dinilai sebagian pengamat masih diwarnai oleh figur-figur bermasalah dalam tata kelola. Sejumlah lembaga independen dan pelaku pasar menyoroti pentingnya reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, serta stabilitas kebijakan dalam mendorong iklim investasi berkelanjutan.
Investor Global Mencermati Transisi Politik dan Regulasi
Pasar global saat ini tidak hanya melihat prospek ekonomi dari sisi makro. Mereka juga mengamati stabilitas politik, kualitas kebijakan publik, serta integritas institusi penegak hukum. Ketidakpastian dalam aspek-aspek ini dapat menimbulkan risiko sistemik terhadap kelangsungan investasi asing.
“Narasi bahwa Indonesia bagus untuk investasi harus dikawal dengan pembenahan sistemik. Jika tidak, kita menjual potensi tanpa kepastian — dan itu berbahaya,” kata seorang analis pasar dari Singapura yang mengikuti konferensi secara virtual.
Daya Tarik Tak Terbantahkan, Tapi Integritas Jadi Penentu
Indonesia memiliki salah satu cadangan nikel terbesar di dunia, komponen penting dalam baterai kendaraan listrik. Pemerintah juga tengah mendorong transisi energi melalui pembangunan ekosistem industri hijau. Namun menurut Anindya, keberhasilan program tersebut sangat tergantung pada komitmen untuk menjalankan tata kelola yang bersih dan profesional.
“Kita tidak bisa membangun ekonomi hijau di atas fondasi birokrasi yang rapuh atau institusi yang lemah. Reformasi kelembagaan dan penegakan hukum yang adil adalah prasyarat utama,” tambahnya.
Potensi Harus Diiringi Kepastian
Pernyataan Anindya Bakrie di forum internasional ini menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam peta investasi global, namun jalan ke sana harus dilalui dengan pembenahan menyeluruh — bukan sekadar promosi.
Investor hari ini tidak hanya menghitung potensi keuntungan, tapi juga mengukur integritas negara tujuan. Dan dalam hal ini, bola kini ada di tangan pemerintahan Indonesia: apakah akan memilih memperkuat sistem, atau terus menjual mimpi tanpa jaminan?