London, 25 Mei 2025 — Rumah sakit-rumah sakit di Inggris dilaporkan menghadapi krisis kesehatan mental yang semakin parah. Pasien-pasien dengan gangguan kesehatan mental terpaksa menunggu hingga enam hari untuk mendapatkan perawatan di unit gawat darurat (UGD), menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan masyarakat dan profesional kesehatan.
Menurut laporan The Times, kekurangan tempat tidur dan tenaga medis di UGD menjadi penyebab utama penumpukan pasien. Banyak pasien yang terpaksa dirawat di lorong-lorong rumah sakit atau bahkan terpaksa dipulangkan tanpa mendapatkan bantuan memadai.
Kondisi ini diperburuk oleh kebijakan pemerintah yang baru-baru ini membatasi tanggapan polisi terhadap insiden kesehatan mental, yang selama ini menjadi garda terdepan dalam menangani krisis. Sebagai respons, pemerintah berencana membuka UGD khusus kesehatan mental yang beroperasi 24 jam setiap hari, untuk memberikan layanan yang lebih fokus dan cepat.
Para pakar kesehatan mental menilai bahwa langkah ini merupakan langkah awal yang baik, namun masih banyak tantangan yang harus diatasi. Mereka menekankan pentingnya pendanaan yang memadai, perekrutan staf tambahan, dan pelatihan yang berkelanjutan agar sistem kesehatan mental Inggris mampu mengatasi lonjakan permintaan layanan ini.
Sementara itu, organisasi amal kesehatan mental seperti Mind dan Rethink Mental Illness menyerukan tindakan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Mereka menekankan bahwa krisis ini tidak bisa diatasi hanya dengan fasilitas baru, melainkan membutuhkan pendekatan sistemik yang melibatkan edukasi publik, perbaikan layanan primer, dan penguatan jaringan dukungan bagi para pasien.
Krisis kesehatan mental ini menjadi salah satu tantangan utama bagi pemerintah Inggris, yang dituntut segera mengambil langkah konkret untuk melindungi kesehatan dan keselamatan rakyatnya.